Jumat, 14 September 2012

SAYA, BATIN, SPIRIT, dan SOSOK BESAR?

it's already to being somebody that write all things about friend(s)

Teman, yang sejati saya temukan bukan dari komunitas pertemananku. 
bukan dari seintens apa aku bertemu dengan teman.
Teman seperti itu hanya nampak kelihatan bahagia, berkumpul bersama, seperti tidak membutuhkan konflik batin. tidak butuh problema, dan seolah-olah kehidupan ini hanya untuk bersenang-senang.
Selama 21 tahun saya hidup dan berteman dengan banyak sekali manusia dgn karakter dan pribadinya masing-masing, saya yakini kehidupan berteman itu punya warna gelap sekaligus terang.
Namun teman sejati yang saya dapati ialah ketika saya berteman dengan diri saya sendiri. Berkomunikasi dengan batin, berbicara melalui naluri dan memulai menerima kesendirian. 
MANJUR! ketika bersahabat dengan diri sendiri, apa yang dinamakan ketergantung terhadap orang lain terasa percuma. Karena hidup itu dihadapi oleh aku, naluriku, batiniahku, dan jiwaku.
Berteman secara batin dengan diri sendiri, seperti berbicara dengan teman sejati. membuat diri memiliki rasa percaya dalam melakukan sesuatu. Terlepas dari pertemanan yang 'kelihatan', bersahabat dengan diri sendiri seperti hidup di rumah kayu sekitar padang rumput berbukit seorang diri, dengan tumpukan buku-buku kehidupan. Sejenak sepertinya beristirahat dalam pangkuan sesosok yang besar dan hangat yang sepertinya sudah menunggu badan ini untuk beristirahat (saya rasa itu sosok yang menguasai spiritual dan batin saya). Sosok yang mendamaikan itu diam tanpa suara namun memberikan nyawa yang bearoma damai dalam batin. Seakan saya berjalan dengan hati yang didiami oleh sesosok yang BESAR yang ajaib menemani kehidupan yang hiruk pikuk.
TEMAN saya ketika saya bernyaman dengan kesendirian saya adalah saya dalam batin, dengan SESOSOK yang BESAR itu tadi, hidup terasa nyaman dengan keheningan saya. 
SIAPA SOSOK BESAR ITU?

1 komentar: